S
(Sambutan Ketua Sekolah)
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur merayakan Hari Ulang Tahunnya ke 50 pada tahun 2017. Lembaga pendidikan ini didirikan tanggal 10 Oktober 1967 oleh tiga pimpinan Gereja Katolik (selanjutnya baca Gereja) yakni Mgr. Herman Tillemans, MSC selaku uskup Keuskupan Agung Merauke, Mgr. Dr. Rudolf Staverman, OFM selaku uskup Keuskupan Jayapura, dan Mgr. Petrus van Diepen, OSA sebagai uskup Keuskupan Manokwari-Sorong. Sekalipun bernaung di bawah Kementerian Riset dan Tehnologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) XIV Provinsi Papua dan Papua Barat, STFT Fajar Timur merupakan lembaga gerejani. Dia diadakan oleh Gereja, dikelolah oleh Gereja, untuk melayani kepentingan misi Gereja di Bumi Cenderawasih. Maka dia melayani Gereja di tanah Papua yang kini terdiri dari lima Keuskupan yakni Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Agats, Keuskupan Timika, dan Keuskupan Manokwari-Sorong. STFT Fajar Timur, tentunya, tidak menutup mata terhadap tantangan dan tuntutan perkembangan masyarakat di tanah Papua.
Hadir di Bumi Cenderawasih selama lima dekade, STFT Fajar Timur telah menghasilkan banyak orang lulusannya. Para alumnus ini menyebar di Provinsi Papua dan Papua Barat. Mereka sudah dan sedang mengabdi pada negara, masyarakat, dan Gereja hingga di daerah-daerah yang terpencil dan terisolir di seluruh tanah Papua. Bahkan ada alumni yang berkarya di luar Papua.
Selama setengah abad ini, STFT Fajar Timur juga mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan dilakukan secara sadar dan sengaja untuk memenuhi tuntutan internal dan eksternal. Tuntutan internal mencakup masalah, kebutuhan, dan tantangan dari Gereja. Tuntutan internal ini mendorong STFT Fajar Timur untuk selalu memperbaharui dirinya guna melayani Gereja sesuai konteks perkembangannya. STFT Fajar Timur juga wajib memenuhi tuntutan eksternal yang berasal dari Pemerintah melalui Kementerian Riset dan Tehnologi dan Pendidikan Tinggi dan Kopertis, tuntutan zaman, dan perkembangan masyarakat di tanah Papua. Maka, lembaga ini juga membuat sejumlah perubahan demi memenuhi tuntutan eksternal. Perubahan-perubahan yang dialami oleh lembaga pendidikan ini termanifestasi, antara lain, pada perubahan nomeklatur atau nama lembaga pendidikan ini. Ketika didirikan 1967, dia diberi nama Akademi Teologia Katolik (ATK). Setelah itu pada tahun 1973 namanya dirubah menjadi Sekolah Tinggi Teologi Katolik (STTK). Sebelas tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1984, lembaga ini diberikan nama baru yakni Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur. Nama yang terkahir ini masih berlaku hingga kini.
Pada perayaan Yubelium ini, semua pemangku kepentingan diajak untuk melihat kembali perjalanan lembaga pendidikan ini selama lima dekade. Kita mengumpulkan dan membagikan pengalaman-pengalaman untuk saling memperkaya satu sama lain. Kita juga mau belajar dari pengalaman-pengalaman itu, menjadikannya sebagai kekuatan yang memampukan kita untuk menatap ke depan, menghadapi tantangan-tantangan, dan terus memperbaharui diri. Perayaan 50 tahun STFT Fajar Timur ini membantu semua pihak yang terkait untuk menengok sebentar ke masa lampau, menyadari kehadirannya pada masa kini, dan selanjutnya menatap dan melangkah ke masa depan. Kita mengharapkan agar kehadiran STFT Fajar Timur senantiasa dirasakan manfaat dan relevansinya baik oleh Gereja maupun oleh masyarakat yang dilayaninya.
Kepada semua pihak saya sampaikan profisiat. Selamat bergembira dan bersyukur atas kasih Allah yang dialaminya melalui lembaga pendidikan STFT Fajar Timur. Semoga STFT Fajar Timur semakin berakar dalam Injil dan bertumbuh dalam budaya, di tanah Papua.
Wa wa wa wa wa wa
Abepura, 10 Oktober 2017
DR. Neles Tebay KEBADABI
Ketua STFT Fajar Timur